Skip to main content

MENGEJAR MIMPI DENGAN SETIAP ADONAN

  Alen adalah seorang anak berusia 13 tahun yang memiliki suatu mimpi untuk menjadi seorang chef yang profesional dan terkenal. Setiap satu Minggu sekali, di hari Jumat Alen mencoba untuk membuat satu hidangan makanan yang ingin ia coba buat, mulai dari makanan berat sampai ke makanan penutup (dessert), dan bukan hanya makanan makanan dari indonesia saja yang Alen coba buat, tetapi Alen juga mencoba membuat makanan dari berbagai macam negara selain negara indonesia.

  Namun tidak semua orang mendukung mimpi Alen untuk menjadi seorang chef yang terkenal. Banyak yang menganggap bahwa memasak hanya akan membuat dia menjadi orang yang tidak bisa sukses dan tidak memiliki keahlian yang bisa di manfaatkan di masa yang akan datang. Bukan hanya itu orang orang juga menganggap bahwa lebih baik belajar dengan giat agar bisa menjadi dokter atau insinyur daripada belajar memasak, nanti ujung nya kamu hanya bisa di dapur saja dan tidak bisa bekerja yang lain. 

 Tetapi Alen tetap yakin dengan mimpi nya untuk menjadi seorang chef yang profesional karena menurut Alen memasak bukanlah sekedar pekerjaan tetapi menurut Alen memasak adalah seni yang bisa membawa kebahagiaan dan kepuasan orang lain. 


 Saat Alen berumur 8 tahun Alen pertama kali mencoba memasak dengan ibu nya. Alen hanya berniat untuk membantu ibu nya memasak di dapur, pada saat itu ibu Alen sedang memasak sayur sop untuk di makan saat makan siang nanti. Alen membantu ibu nya untuk memotong kentang, buncis, dan wortel, tetapi sayang nya Alen salah memotong wortel nya, ternyata Alen memotong wortel nya terlalu besar, tetapi ibu Alen memberi tahu Alen bahwa wortel yang ia potong terlalu besar. Setelah ibu memberi tahu Alen, Alen mulai memotong wortel lagi dengan ukuran yang lebih kecil, Alen bertanya pada ibu nya dan ternyata ibu nya berkata bahwa wortel yang Alen potong sudah benar tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Dari situ Alen merasa sangat senang pada saat memasak bersama ibu nya saat itu.

 Sejak hari itu Alen menjadi lebih sering untuk membantu ibu nya memasak di dapur, ia sudah lancar dalam hal memotong sayur sayuran dengan benar, bagaimana cara menggoreng ayam hingga matang sempurna, dan cara menyeimbangkan rasa dalam masakan.

 Setiap Alen berhasil membuat satu hidangan, Alen selalu merasa sangat senang, bahagia, dan ada rasa kepuasan dalam diri nya. Namun Alen juga tidak selalu berhasil dalam memasak, Alen mengalami beberapa kali gagal, salah satu masakan Alen yang gagal adalah nasi goreng. Karena Alen mencoba membuat nya sendiri tanpa di dampingi oleh ibu nya sehingga nasi goreng yang Alen masak menjadi sangat asin dan tidak bisa dimakan lagi. Saat itu Alen merasa sangat gagal, Alen merasa ia tidak akan bisa menjadi chef yang terkenal tetapi ibu nya menyemangati Alen. Ibu Alen berkata bahwa "kegagalan juga merupakan bagian dari belajar, chef chef yang sudah terkenal juga pasti pernah mengalami kegagalan". Kata kata tersebut membuat Alen menjadi lebih semangat lagi untuk mencoba dan berlatih memasak setiap hari.


 Suatu hari saat sedang bermain ke rumah Tante nya, Tante Alen ingin membuat kue kering untuk pesanan temannya. Tante Alen yang mengetahui kalau Alen suka memasak akhirnya Tante Alen meminta Alen untuk membantu nya membuat kue kering, Alen yang mendengarkan bahwa ia di mintai tolong oleh Tante nya untuk membuat kue kering, Alen merasa sangat senang karena sebelumnya Alen tidak pernah membuat kue kering, ia hanya membuat masakan masakan asin saja. 

 Saat itu Alen dan Tante nya membuat kue kering bersama yaitu kastengel, kue keju kesukaan Alen sejak Alen kecil. Dengan semangat Alen mendengarkan perintah Tante nya untuk mencampur tepung, mentega, keju parut, dan yang lainnya. Setelah mereka selesai membuat adonan kue nya, Alen dan Tante nya mulai mencetak kue kastengel tersebut. Walaupun awalnya Alen merasa kesulitan tetapi akhirnya Alen terbiasa juga. Saat sudah selesai di cetak mereka berdua mulai memanggang kastengel tersebut. Alen tidak sabar menunggu hasil masakannya jadi, Alen mulai memikirkan hal hal yang ia takuti, Alen berpikir bahwa apakah hasil kue nya akan terlalu manis atau kue nya akan terlalu keras dan masih banyak pikiran pikiran negatif yang di pikirkan Alen. 

 Ternyata apa yang di pikirkan oleh Alen salah besar, hasil kue yang Alen buat sangat enak, Alen sangat puas dengan hasil kue nya, ia sangat merasa bangga dengan diri nya karena menurut ia membuat kue kering bukan lah hal yang mudah. Alen memakan kue itu dengan lahap dan berterima kasih kepada Tante nya karena sudah mengajarkannya membuat kue kering untuk pertama kali nya dan di percobaan pertama kali nya ia langsung berhasil.

 

Sebagi seorang anak yang penasaran, sejak saat itu alen mulai mecoba membuat kue kering, brownies, dan yang lainnya sendiri tanpa bantuan mama nya atau Tante nya, Alen tidak selalu mendapatkan hasil yang memuaskan dalam sekali mencoba.

 Karena Alen membuat nya sendiri, Alen sering kali gagal dalam membuat kue nya. Kadang brownies nya belum matang, cookies nya yang terlalu keras, tetapi Alen selalu belajar dari pengalamannya dan Alen selalu berusaha untuk mencari tahu apa yang membuat masakannya ini gagal, dan Alen selalu ingin mencoba membuatnya lagi sampai ia mendapatkan hasil yang memuaskan. Setelah Alen yakin dengan rasa masakannya, Alen pasti selalu meminta komentar dari keluarga nya dan Alen juga menerima komentar apapun dari keluarga nya. Walaupun terkadang Alen merasa putus asa tetapi Alen berpikir dan mulai mengingat lagi kata kata yang di ucapkan oleh ibu nya saat ia mulai belajar memasak. Setelah Alen mengingat kata kata dari ibu nya Alen selalu merasa semangat lagi dan selalu ingin membuat masakan masakan yang lebih enak dari yang sebelumnya pernah ia buat.


 Sampai saat ini Alen masih sering sekali memasak jika ia memiliki waktu luang, ibu nya juga selalu memberikan semangat kepada Alen agar ia bisa mencapai mimpi nya di masa depan, selain itu sekarang Alen juga mulai memberikan masakan nya kepada teman temen nya yang sudah mendukung dia untuk mengejar mimpi nya. Walaupun masih banyak orang yang mengganggap bahwa memasak tidak akan membuat sukses di masa depan, tetapi Alen akan berusaha membuktikan kepada orang orang tersebut bahwa memasak juga bisa membuat orang menjadi sukses. Selain kata kata yang ibu nya ucapkan Alen juga melihat kata kata ini yang membuat Alen menjadi lebih semangat untuk mengejar mimpi nya "Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada keindahan mimpi mereka." - Eleanor Roosevelt.

Comments

Popular posts from this blog

SENI MAKANAN TRADISIONAL : PERPADUAN RASA, BUDAYA, DAN TRADISI

  Makanan tradisional lebih dari sekadar hidangan. Di balik kelezatannya, tersimpan kisah panjang yang mencerminkan identitas budaya, nilai-nilai tradisi, dan keindahan seni memasak yang diwariskan dari generasi ke generasi. Indonesia, dengan kekayaan etnis dan ragam budaya, menjadikan seni makanan tradisional sebagai salah satu warisan yang sangat berharga. Setiap daerah memiliki kekhasan tersendiri, baik dari bahan, teknik memasak, hingga filosofi yang terkandung di dalamnya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi bagaimana seni makanan tradisional menjadi simbol perpaduan rasa, budaya, dan tradisi yang memperkaya kehidupan masyarakat. Rasa sebagai Identitas Seni makanan tradisional tidak bisa dipisahkan dari rasa. Setiap masakan tradisional memiliki ciri khas rasa yang mencerminkan daerah asalnya. Misalnya, kuliner Minang seperti rendang dan gulai identik dengan rasa pedas dan kaya rempah, mencerminkan karakter masyarakatnya yang kuat dan berani. Sebaliknya, masakan Jawa seper...

MENELUSURI JEJAK RENDANG : DARI TRADISI KE DUNIA

   Rendang, sebuah hidangan tradisional khas Minangkabau, telah menjadi ikon kuliner Indonesia yang mendunia. Hidangan ini tidak hanya memikat karena rasanya yang kaya, tetapi juga karena nilai sejarah, budaya, dan filosofinya yang dalam. Dari dapur tradisional Minangkabau hingga daftar makanan terbaik dunia, rendang menyimpan kisah panjang yang patut kita telusuri. Asal Usul Rendang Rendang berasal dari Sumatera Barat, tempat masyarakat Minangkabau menetap. Hidangan ini berakar pada tradisi memasak yang erat kaitannya dengan nilai-nilai adat dan budaya. Dalam tradisi Minangkabau, memasak rendang bukan sekadar aktivitas kuliner, melainkan juga bentuk ekspresi budaya dan filosofi hidup. Rendang awalnya berkembang sebagai makanan yang tahan lama. Dalam masyarakat agraris Minangkabau, di mana transportasi dan penyimpanan makanan menjadi tantangan, rendang menjadi solusi yang sempurna. Proses memasak yang lama dengan santan dan rempah-rempah menghasilkan makanan yang awet hingga b...

ANALISIS BUKU FIKSI

1. Judul: Elegi Haekal 2. Penulis: Dhia'an Farah 3. Jumlah halaman: 300 halaman 4. Tema: Tema yang terdapat pada novel Elegi Haekal adalah tema percintaan seorang anak SMA yang berbalut problem di dalamnya. Elegi haekal menceritakan kisah seorang anak yang berusaha mencari kasih sayang dan simpati dari mamanya. 5. Sinopsis: Haekal Hanasta adalah mahasiswa hukum yang baru berusia 17 tahun. Haekal dikenal sebagai sosok lelaki yang tampan dan berkharisma. Namun, di balik kelebihannya itu, Haekal menyimpan banyak masalah besar di baliknya. Haekal tidak pernah merasakan kasih sayang dari sang ibu. Di usianya yang sudah remaja, jika banyak anak seumurannya sedang dalam masa pubertas dan risih bila diberikan terlalu banyak perhatian oleh orang tuanya, Haekal justru sangat mendambakan hal itu. Haekal rela melakukan apa pun untuk sekali saja, hanya sekali, mendapatkan kasih sayang dari sang Mama. Dan dia tidak membutuhkan apa-apa lagi. Haekal rela melakukan banyak hal supaya sang ibu bisa m...