Skip to main content

ANALISIS BUKU FIKSI

1. Judul: Elegi Haekal

2. Penulis: Dhia'an Farah

3. Jumlah halaman: 300 halaman

4. Tema: Tema yang terdapat pada novel Elegi Haekal adalah tema percintaan seorang anak SMA yang berbalut problem di dalamnya. Elegi haekal menceritakan kisah seorang anak yang berusaha mencari kasih sayang dan simpati dari mamanya.

5. Sinopsis: Haekal Hanasta adalah mahasiswa hukum yang baru berusia 17 tahun. Haekal dikenal sebagai sosok lelaki yang tampan dan berkharisma. Namun, di balik kelebihannya itu, Haekal menyimpan banyak masalah besar di baliknya. Haekal tidak pernah merasakan kasih sayang dari sang ibu.

Di usianya yang sudah remaja, jika banyak anak seumurannya sedang dalam masa pubertas dan risih bila diberikan terlalu banyak perhatian oleh orang tuanya, Haekal justru sangat mendambakan hal itu. Haekal rela melakukan apa pun untuk sekali saja, hanya sekali, mendapatkan kasih sayang dari sang Mama. Dan dia tidak membutuhkan apa-apa lagi.

Haekal rela melakukan banyak hal supaya sang ibu bisa menyayanginya sebagai anak, tetapi usahanya itu tidak cukup. Sang ibu tetap saja bersikap dingin dan cuek kepada Haekal. Namun, walaupun sang ibu tak pernah merespons dengan baik kepada usaha yang sudah dilakukan oleh Haekal, tetapi Haekal pantang menyerah dengan terus berusaha melakukan hal-hal lainnya yang mampu menarik perhatian sang ibu.

Sebenarnya, ibu Haekal bukan tidak sayang kepada Haekal, tetapi semua itu dia lakukan demi menutupi aib pada masa lalunya. Rahasia besar yang belum Haekal ketahui. Pada masa lalu, ibu dan ayah Haekal adalah sepasang kekasih yang sangat romantis, tetapi karena kelalaian mereka berdua, dua sejoli itu terbelenggu dalam nafsu hubungan badan di luar nikah, sehingga Haekal pun lair dunia ini.

Haekal adalah anak yang tidak direncanakan, kehadirannya tidak diinginkan. Oleh karena itu, status Haekal sebagai anaknya dirahasiakan. Kelahiran Haekal menjadi sebuah aib bagi keluarga sang ibu dan ayah. Ditambah lagi, dengan hubungan ibu dan ayahnya yang ternyata tidak direstui akibat perbedaan martabat.

Selain itu, ibu Haekal adalah salah satu sosok yang memiliki citra baik di masyarakat, bahkan bisa dikatakan terpandang. Ini semakin mendorong ibunya untuk bertindak seolah-olah Haekal tidak ada, dan Haekal bukan anaknya. Meskipun keberadaannya tidak diakui, tetapi Haekal tetap menyayangi ibunya dengan tulus. Ia juga tidak menyimpan dendam sama sekali terhadap perlakuan menyakitkan yang diberikan sang ibu.

Selain selalu berusaha meluluhkan hati ibunya, Haekal juga terus menyusuri masa lalu sang ibu untuk mencari tahu apakah sang ayah masih hidup atau tidak. Hal ini tentunya membuat sang ibu marah dan semakin tidak mau menghiraukan Haekal. Namun, Haekal tetap berpegang teguh untuk menemukan jawaban atas banyak pertanyaannya.

Bagi Haekal, sang ibu adalah satu-satunya harta paling besar yang ia punya, sehingga Haekal sangat menyayangi mamanya. Ini adalah kisah akan harapan Haekal, seorang anak laki-laki yang mendambakan keutuhan sebuah keluarga.

Apakah Haekal pada akhirnya bisa meluluhkan hati ibunya? Bagaimana reaksi Haekal ketika mengetahui rahasia gelap yang membuat hidupnya menderita?

6. Tokoh: 

  • Tokoh utama: Haekal hanasta
  • Tokoh tambahan: Hanna, Azalea, Jere, Janura, Cena, Reno, Pak Jovan, Jay, Darto, Bu Sarah, Bi Nur, Tama, Kak Shofi, Rehan
7. Sudut pandang: Pada novel Elegi Haekal, sudut pandang yang digunakan oleh pengarang ialah sudut pandang orang ketiga.

8. Amanat: Dari kisah ini, kita bisa mengetahui bahwa anak sangat membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya. Kebutuhan akan kasih sayang tentunya perlu dipenuhi oleh orang tua.

Kecukupan akan kasih sayang tersebut memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan bagaimana sang anak akan bertingkah dan berperilaku. Maka itu, pengingat bagi para orang tua untuk bisa memenuhi kebutuhan kasih sayang anak-anaknya dengan memperlakukan mereka sebaik yang Anda bisa.

Dari kisah ini juga, kita bisa belajar dari Haekal yang tidak menyimpan dendam meskipun diperlakukan dengan tidak baik. Haekal tetap mengutamakan rasa sayangnya kepada sang ibu, dan berfokus pada tujuan bahwa ia ingin berusaha untuk meluluhkan hati ibunya. Ia juga memiliki jiwa pantang menyerah yang patut diteladani.
 

Comments

Popular posts from this blog

SENI MAKANAN TRADISIONAL : PERPADUAN RASA, BUDAYA, DAN TRADISI

  Makanan tradisional lebih dari sekadar hidangan. Di balik kelezatannya, tersimpan kisah panjang yang mencerminkan identitas budaya, nilai-nilai tradisi, dan keindahan seni memasak yang diwariskan dari generasi ke generasi. Indonesia, dengan kekayaan etnis dan ragam budaya, menjadikan seni makanan tradisional sebagai salah satu warisan yang sangat berharga. Setiap daerah memiliki kekhasan tersendiri, baik dari bahan, teknik memasak, hingga filosofi yang terkandung di dalamnya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi bagaimana seni makanan tradisional menjadi simbol perpaduan rasa, budaya, dan tradisi yang memperkaya kehidupan masyarakat. Rasa sebagai Identitas Seni makanan tradisional tidak bisa dipisahkan dari rasa. Setiap masakan tradisional memiliki ciri khas rasa yang mencerminkan daerah asalnya. Misalnya, kuliner Minang seperti rendang dan gulai identik dengan rasa pedas dan kaya rempah, mencerminkan karakter masyarakatnya yang kuat dan berani. Sebaliknya, masakan Jawa seper...

MENELUSURI JEJAK RENDANG : DARI TRADISI KE DUNIA

   Rendang, sebuah hidangan tradisional khas Minangkabau, telah menjadi ikon kuliner Indonesia yang mendunia. Hidangan ini tidak hanya memikat karena rasanya yang kaya, tetapi juga karena nilai sejarah, budaya, dan filosofinya yang dalam. Dari dapur tradisional Minangkabau hingga daftar makanan terbaik dunia, rendang menyimpan kisah panjang yang patut kita telusuri. Asal Usul Rendang Rendang berasal dari Sumatera Barat, tempat masyarakat Minangkabau menetap. Hidangan ini berakar pada tradisi memasak yang erat kaitannya dengan nilai-nilai adat dan budaya. Dalam tradisi Minangkabau, memasak rendang bukan sekadar aktivitas kuliner, melainkan juga bentuk ekspresi budaya dan filosofi hidup. Rendang awalnya berkembang sebagai makanan yang tahan lama. Dalam masyarakat agraris Minangkabau, di mana transportasi dan penyimpanan makanan menjadi tantangan, rendang menjadi solusi yang sempurna. Proses memasak yang lama dengan santan dan rempah-rempah menghasilkan makanan yang awet hingga b...